Selasa, 31 Maret 2020

Ada yang Gk Beres Sama Negeriku?


Ada yang Gk Beres Sama Negeriku?

Bulan Maret 2020 gk bakal dilupain rakyat Indonesia. Saat dimana Covid-19 akan jadi cerita ketika pandemi ini mereda. Pemerintah Indonesia membuat himbauan kepada rakyat dalam konferensi Pers di Istana Bogor, Ahad tanggal 15 Maret 2020 untuk saatnya rakyat bekerja dari rumah, belajar dari rumah dan ibadah dari rumah. Bukan tanpa maksud tertentu, tiada lain maksud dari Pak Jokowi adalah untuk menghambat dan menghentikan penyebaran virus. Tak lama setelah himbauan Presiden tersebut, maka benar saja banyak sekolah yang diliburkan, masjid-masjid ditutup, kantor-kantor dan perusahaan memilih menggunakan sistem Work From Home (WFH) dan meliburkan karyawannya.
Kasus ini benar-benar buat sedih. Sebagai mahasiswa, banyak temen-temen yang harus kuliah daring, e-uts sampai seminar komprehensif/seminar progress secara live video. Banyak mahasiswa magang BUMN pun juga kena dampak WFH, padahal magang bertujuan untuk praktek langsung seperti apa dunia kerja. Tapi orang yang bisa WFH masih harus lebih bersyukur. Kerja jalan, gajipun juga jalan. Sedangkan di luar sana, masih kita jumpai orang-orang yang tak bisa WFH karna pekerja dengan pendapatan harian. Sebut saja Ojol, pedagang kaki lima, pedagang pasar, tukang becak, pedagang keliling dll. Apa yang sudah diberikan pemerintah untuk memfasilitasi mereka agar tetap di rumah. Ikut berperan mengurangi penyebaran seperti ambil peran dalam langkah social distancing (jaga jarak dengan orang lain), rajin mencuci cuci tangan, menjaga kebersihan mungkin masih bisa mereka lakukan, tapi menghindari kerumunan hingga bekerja di rumah ini merupakan beban bagi mereka. Lantas siapa yang bertanggungjawab atas kehidupan pangan dan perekonomian mereka? Negara demokrasi yang dalam bentuk pemerintahan politik, kekuasaan pemerintahannya berasal dari rakyat baik secara langsung (demokrasi langsung) atau melalui perwakilan (demokrasi perwakilan) tidak mampu mengatasi permasalahan tenaga harian di tengah pandemic Covid-19. Demokrasi menurut Abraham Lincoln yang berarti pemerintahan dari rakyat, oleh rakyat dan untuk rakyat tak dapat sepenuhnya diterapkan di Indonesia. Bahkan dalam pidatonya, Juru bicara Pemerintah Penanganan Covid-19 di Indonesia dalam video yang beredar mengatakan dengan gamblang “yang kaya membantu yang miskin agar hidup wajar, yang miskin membantu yang kaya agar tidak tertular penyakitnya”. Seolah-olah orang miskin adalah sumber dari penyakit. Semoga beliau meralat perkataan tersebut.
Kasus Covid-19 di negeri kepulauan ini meningkat setiap harinya. Terhitung hingga tanggal 30 Maret 2020 terdapat 1.414 orang positif corona dengan jumlah total sembuh 75 orang, meninggal 122 dan dirawat 1217. Jumlah ini diprediksi oleh peneliti ITB akan terus meningkat. Pemerintah pun dalam bentuk pelayanannya menjadikan wisma atlit di Kemayoran Jakarta menjadi rumah sakit darurat. Terhitung sejak tanggal 30 Maret 2020, Rumah sakit darurat ini merawat 411 orang terkait virus corona dengan daya tamping sekitar 3000 pasien.
LOCKDOWN
Banyak pihak yang mengusulkan Indonesia untuk lockdown nasional. Lockdown diambil dari Bahasa Inggris yang artinya terkunci. Jika dikaitkan dengan covid-19 lockdown berarti mengunci seluruh akses masuk maupun keluar dari suatu daerah atau negara. Diantara negara yang menerapkan cara ini adalah Italia. Kebijakan tersebut diberlakukan sejak 10 Maret 2020. Setidaknya ada 60 juta warga berada dalam negeri tersebut. Secara perlahan, lokdown yang sudah berjalan beberapa pekan itu sudah menggerus ekonomi terbesar ketiga di uni eropa tersebut. Penjerahan salah satunya terjadi di Sisilia Italia. Beberapa polisi bertongkat dan bersenjata api pun dikerahkan dalam penjagaan di supermarket pada kota tersebut. Perdana Menteri Giuseppe Conte dalam pernyataannya yang ditayangkan dalam televisi Sabtu malam (23/3/2020) menjanjikan voucher bagi yang tak bisa membeli makanan. “Kami tahu kalian menderita. Tapi negera tetap hadir”, tegas dia. Roma menguncurkan dana 400 juta Euro (Rp. 7,2 Triliun) untuk program pangan darurat.
Tak hanya Italia, Filipina ikut menerapkan lockdown se-Pulau Luzon, tak hanya di Metro Manila. Pintu-pintu perbatasan di Metro Manila dijaga apparat. Hanya warga yang berkepentingan yang boleh masuk ke Metro Manila. Pekerja dari luar Metro Manila masih diperbolehkan masuk asal membawa kartu identitas dan surat keterangan bekerja dari kantor. Setiap unit rumah atau keluarga diberi kartu karantina mandiri (home quarantine). Hanya satu orang dari setiap unit rumah atau keluarga yang memegang kartu itu. Ini saja masih diperketat dengan pos titik-titik pemeriksaan.
Gubernur Jakarta, Anis Baswedan pun mempunyai usul serupa dengan karantina wilayah. Melalui surat resminya yang dikirimkan ke pemerintah pusat, Anies menunggu arahan selanjutnya. Bahkan kata dia sudah menyiapkan skema jika nantinya pusat memberikan kewenangan kepada daerah tersebut. Presiden Joko Widodo menyampaikan bahwa karantina wilayah merupakan wewenang pemerintah pusat dan pemda harus tunduk kepada putusan tersebut. Jadi sampai sini, kunci dari langkah tiap daerah dalam menyelesaikan daerahnya harus diputuskan oleh pusat. Ya kalau kebijakan yang dikeluarkan cepat, kalau lama? Nyawa akan menjadi taruhannya. Mengingat menjelang lebaran ini banyak warga yang memilih untuk pulang kampung. Semoga pemerintah segera memberi kebijakan tegas terkait ini. Belajar dari Italia yang karena banyak orang meremehkan virus ini termasuk pejabatnya sendiri, kini Italia menjadi negeri dengan tingkat kematian akibat Covid-19 tertinggi di dunia yaitu 11.591 orang. Kepanikan atas isu kebijakan lockdown Di Italia di awal membuat orang-orang italia utara kembali beramai-ramai ke selatan, penyebaran virus pun semakin meluas. Ini menjadi salah satu sebab negeri ‘pizza’ itu memiliki tingkat kematian yang tinggi akibat Covid-19. Semoga ini menjadi pembelajaran bagi warga Indonesia akan bahaya mudik saat ini. Dalam Youtube Deddy Corbuzier, Anies pun meminta rakyat Indonesia untuk tetap tinggal di Jakarta untuk membendung hal buruk terjadi.
Tak memungkiri peran dari DPR sebagai Dewan Perwakilan Rakyat, yang dalam teorinya adalah anggota partai politik yang dipilih oleh rakyat melalui pemilihan umum lima tahun sekali, bertujuan untuk menampung dan menyalurkan aspirasi dan kepentingan rakyat di daerah. Sungguh sangat disayangkan ketika negara ini menjerit, dia menghilang seperti avatar ang. Banyak bermunculan berita, bahwa rakyat mengusulkan gaji DPR dipotong untuk penanganan kasus ini. Salah satu anggota DRP RI, Dedi Mulyadi yang merupakan fraksi DPD golkar bahkan mengaku tak keberatan gaji DPR dipotong 50% untuk penanangan dampak corona. Lebih lanjut dia mengatakan jika dana tersebut terkumpul dan disetujui untuk dapat difokuskan kepada dua hal yaitu memberikan bantuan kepada warga yang kehilangan pekerjaan akibat harus tinggal di rumah dan difokuskan pada pengadaan Alat Perlindungan Diri (APD) bagi tenaga media yang menangani Corona. Penulis berdoa semoga semua fraksi mengikuti langkah yang diusulkan oleh Dedi Mulyadi agar pemilu selanjutnya dipertimbangkan rakyat untuk dipilih kembali.

Kenapa Hasna Memilih Vaksin Moderna?

Sebenernya udh cukup lama pengen nulis tentang vaksin. Tapi kesibukan membuat diri ini mengurungkan niat menulis.  Jenis vaksin di Indonesia...